27. Pertunjukan Akhir
Seorang pemain sirkus memasuki
hutan untuk mencari anak ular yang akan dilatih bermain sirkus. Beberapa hari
kemudian, ia menemukan beberapa anak ular dan mulai melatihnya. Mula-mula anak
ular itu dibelitkan pada kakinya.
Setelah ular
itu menjadi besar dilatih untuk melakukan permainan yang lebih berbahaya, di
antaranya membelit tubuh pelatihnya. Sesudah berhasil melatih ular itu dengan
baik, pemain sirkus itu mulai mengadakan pertunjukkan untuk umum. Hari demi
hari jumlah penontonnya semakin banyak. Uang yang diterimanya semakin besar. Suatu hari,
permainan segera dimulai. Atraksi demi atraksi silih berganti. Semua penonton
tidak putus-putusnya bertepuk tangan menyambut setiap pertunjukkan. Akhirnya,
tibalah acara yang mendebarkan, yaitu permainan ular. Pemain sirkus
memerintahkan ular itu untuk membelit tubuhnya. Seperti biasa, ular itu
melakukan apa yang diperintahkan. Ia mulai melilitkan tubuhnya sedikit demi
sedikit pada tubuh tuannya. Makin lama makin keras lilitannya. Pemain sirkus kesakitan.
Oleh karena itu ia lalu memerintahkan agar ular itu melepaskan lilitannya,
tetapi ia tidak taat. Sebaliknya ia semakin liar dan lilitannya semakin kuat.
Para penonton menjadi panik, ketika jeritan yang sangat memilukan terdengar
dari pemain sirkus itu, dan akhirnya ia terkulai mati.
Renungan : “Kadang-kadang
dosa terlihat tidak membahayakan. Kita merasa tidak terganggu dan dapat
mengendalikannya. Bahkan kita merasa bahwa kita sudah terlatih untuk
mengatasinya. Tetapi pada kenyataanya, apabila dosa itu telah mulai melilit
hidup kita, sukar dapat melepaskan diri lagi daripadanya.”
No comments:
Post a Comment