Thursday, April 14, 2016

CERITA TENTANG KITA

Hembusan angin ini mengingatkanku pada waktu itu. Saat aku tidak sendiri, saat kalian pun tidak sendiri, tapi saat dimana kita semua ada disini bersama. Menikmati semilir angin yang sama, menikmati pemandangan ini bersama, menikmati nada demi nada desiran ombak yang menyapu pasir putih yang semulanya kering menjadi basah bersama.
Lima tahun yang lalu, saat kita sama-sama duduk pada ruangan berbatas yang mampu menampung 31 orang di dalamnya. Di ruangan yang ada pada sebuah bangunan.  Sebuah bangunan tempat aku, kita, dan mereka semua menuntut ilmu selama 3 tahun. Bangunan itu bernama Sekolah, Sekolah Menengah Kejuruan Negeri.
Di sekolah ini aku mengambil jurusan Perbankan. Jurusan yang menurutku akan sesuai dengan minat dan bakat yang ada dalam diriku. Jurusan yang akan menuntut ku kemana arah masa depan ku kelak, jurusan yang akan mengajariku pengetahuan yang belum pernah ku pelajari sebelumnya.
30 teman ku jurusan perbankan adalah orang- orang yang mengalami  masa-masa indah ku di SMK selama tiga tahun. Kami sudah mengenal sifat dan kebiasaan dari masing-masing kami. Ada yang paling jahil sampai yang paling pendiam, ada yang paling pemarah sampai yang paling sabar, tapi itulah kami.
Aku adalah Lala, anak pendiam, polos dan murah senyum pada siapapun. Itu yang biasa teman-teman katakan tentang ku. Aku bukanlah orang yang mudah berinteraksi dengan banyak orang, aku juga orang yang tidak mudah percaya akan perkataan seseorang. Karna sifatku yang seperti ini, teman-teman agak susah untuk mendekati dan bermain dengan ku. Sampai tiba-tiba, Putri mendekati ku
“Hei Lala, kamu ngapain sendirian aja? Jangan diem aja dong, kalau nggak ada  temen sini aja ma aku”, ucapnya padaku
“Eh iya, iya ni nggak ada temen, soalnya pada gak kenal ama semuanya”, jawabku sambil tersenyum.
Mendengar jawabku tadi, Putri tiba-tiba tersenyum lalu diikuti dengan tertawa kecil
“Ih gimana sih Lala, kalau nggak kenal, yah minta kenalan dong. Tak kenal maka tak sayang kan?”, Jawab Putri setelah itu.
Dari awal pembicaraan yang seperti itu, aku mengenal Putri.
            Kami bagaikan anak kembar yang tidak bisa dipisah, karena kami selalu bersama. Putri merupakan anak yang memiliki sifat yang berbeda denganku. Putri adalah anak periang yang mudah bergaul dengan siapapun. Karena sifatnya yang seperti itu, aku mempunyai banyak teman lagi. Mereka adalah ; Rizal si sombong tapi perhatian, Sheikh si usil tapi polos, Indri si bawel tapi sensitif, May si pemalu dan cengeng, dan Haqi si pintar tapi sedikit ngomong.
            Sifat kami memang tidak ada yang sama, tapi dari kekurang dan kelebihan yang kami miliki, kami bisa saling melengkapi satu sama lainnya. Persahabatan kami tidak selalu berjalan mulus. Kami pernah mengalami pro dan kontra dalam hubungan ini. Sampai pada suatu saat, Rizal kesal dengan kata-kata Putri waktu itu, tapi Rizal melampiaskannya dengan berbicara menghadap ku
“Aku males punya temen yang ngomongnya sembarangan, gak bisa diatur, mendingan gak usah temenan aja”, ucapnya yang menghadapkan mukanya padaku
“Loh, kenapa mangnya ma aku ?”, jawabku heran karena tidak tahu permasalahannya.
Dengan wajah kesal, Rizal pergi tanpa menjawab pertanyaanku.
            Kami yang semulanya bersama-sama, kini berjalan sendiri-sendiri. Yang semulanya kita berubah menjadi aku, kamu, dia, dan mereka. Semuanya berlangsung selama lebih dari 2 bulan, 2 bulan yang memisahkan kita karna kesalahpahaman dan keegoisan masing-masing. Keegoisan yang berat sekali untuk mengucapkan kata maaf.
            Sampai pada suatu hari, saat aku dengan kegiatanku, saat mereka dengan kegiatan mereka pula. Tiba-tiba aku menerima sms dari Rizal, Rizal yang duduk yang hanya berjarak 2 meja dari tempat dudukku. Bukan hanya aku yang menerima sms itu, Syeikh, Putri, Haqi, May, dan Indri juga menerima nya.
Aku gak suka melihat teman-temanku sendirian, bermainlah bersama lagi. Tak usah pedulikan aku, aku sedih melihat kalian yang bahkan tidak bersapaan satu dengan yang lain...sepenggalan sms itu  yang dikirimnya pada kami.
            Memang tidak seperi ucapan maaf yang seperti biasanya diucapkan, tapi kami merenung dan membiarkan sms nya sampai pulang sekolah.
“Ting..Tooongggg...”, suara lonceng pertanda pulang sekolah pun berbunyi.
Aku segera pergi ke tempat dimana ada Syeikh, Putri, Haqi, May, Indri dan Rizal berdiri.
Tidak banyak kata yang kami ucapkan. Kami hanya menatap satu sama lain, tatapan sebagai penghilang kerinduan kita selama ini. Dan kami hanya bisa menceritakan kerinduan itu dengan pelukan hangat.
            Setelah kejadian waktu itu, kami selalu bersama. Tak terasa 3 tahun pun berlalu. Kami akan berpisah untuk melanjutkan cita-cita kami. Bercanda, tertawa, menangis, gembira dan sedih sudah kita lalui bersama-sama. Detik-detik waktu perpisahan kami habiskan di pantai.
“Aku senang berteman dengan kalian, dulu ku hanya berpikir, aku ya aku, kalian ya kalian, untuk apa aku bersama kalian, kalau akhirnya aku akan tetap menjadi aku, tapi semenjak aku mengenal kalian, aku baru mengeri arti persahabatan sebenarnya. Aku bukan lagi menjadi aku. Tapi sekarang, aku, kamu, dan dia semua  berubah menjadi kita.”,ucapku pada mereka.

            Mereka hanya tersenyum sambil menatap jauh ke langit, jadi apa kita kelak, apakah benar kita tetap menjadi kita. Hanya waktu yang tahu itu semua.