17. Arti Kesetiaan
Kisah nyata yang
bagus sekali untuk contoh kita semua yang saya dapat dari millis sebelah (kisah
ini pernah ditayangkan di MetroTV). Semoga kita dapat mengambil pelajaran.
Ini
cerita nyata, beliau adalah Bp. Eko Pratomo Suyatno, Direktur Fortis Asset
Management yg sangat terkenal di kalangan Pasar Modal dan Investment, beliau
juga sangat sukses dlm memajukan industri Reksadana di Indonesia. Apa yg
diutarakan beliau adalah sangat benar sekali. Silakan baca dan dihayati.
Dilihat
dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja bahkan sudah
mendekati malam, Pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat
istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua.Mereka menikah sudah lebih 32
tahun. Mereka dikarunia 4 orang anak.
Disinilah
awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan anak keempat tiba-tiba kakinya
lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Itu terjadi selama 2 tahun. Menginjak tahun
ke tiga, seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang,
lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.
Setiap
hari pak suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat
istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja, dia letakkan istrinya
didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya tidak dapat
bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum.
Untunglah
tempat usaha pak suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya sehingga siang hari
dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. Sorenya dia pulang memandikan
istrinya, mengganti pakaian dan selepas waktu maghrib dia temani istrinya
nonton televisi sambil menceritakan apa2 saja yg dia alami seharian. Walaupun
istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, Pak Suyatno sudah
cukup senang, bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur.
Rutinitas
ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar dia merawat
istrinya bahkan sambil membesarkan ke 4 buah hati mereka, sekarang anak2 mereka
sudah dewasa, tinggal si bungsu yg masih kuliah.
Pada
suatu hari, ke empat anak suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk
ibunya. Karena setelah anak mereka menikah, sudah tinggal dengan keluarga
masing-masing dan Pak Suyatno memutuskan ibu mereka dia yang merawat, yang dia
inginkan hanya satu semua anaknya berhasil.
Dengan
kalimat yang cukup hati-hati anak yg sulung berkata “Pak kami ingin sekali
merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu, tidak ada
sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak, bahkan bapak tidak ijinkan kami
menjaga ibu”.
Dengan
air mata berlinang anak itu melanjutkan kata-kata: “sudah yang keempat kalinya
kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya,
kapan bapak menikmati masa tua bapak, dengan berkorban seperti ini kami sudah
tidak tega melihat bapak. Kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baik secara
bergantian”.
Pak
Suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak-anaknya: “Anak-anakku…
Jikalau perkawinan & hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak
akan menikah.. tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian disampingku itu sudah
lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian. Sejenak kerongkongannya
tersekat, kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yg
tidak satupun dapat dihargai dengan apapun.”
“Coba
kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaannya seperti ini? Kalian
menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu
dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan
kesehatan dirawat oleh orang lain? Bagaimana dengan ibumu yg masih sakit.”
Sejenak
meledaklah tangis anak-anak pak suyatno. Merekapun melihat butiran-butiran
kecil jatuh dipelupuk mata ibu Suyatno. Dengan pilu ditatapnya mata suami yg
sangat dicintainya itu.
Sampailah
akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi
nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Suyatno, kenapa mampu
bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yang sudah tidak bisa apa-apa.
Disaat
itulah meledak tangis beliau dengan tamu yang hadir di studio, kebanyakan kaum
perempuanpun tidak sanggup menahan haru. Disitulah Pak Suyatno bercerita..”
Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi
tidak mau memberi (memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian) itu adalah kesia-siaan”.
“Saya
memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun
dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan
dengan mata, dan dia memberi saya 4 orang anak yg lucu-lucu. Sekarang dia sakit
karena berkorban untuk cinta kita bersama. Dan itu merupakan ujian bagi saya,
apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Sehatpun
belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit…”